Pada Awalnya


Dahulu kala semesta diciptakan bersamaan dengan dua roh agung Siwarka dan Sakwari. Siwarka dapat bernyanyi dengan indah tiada tara, namun diciptakan tanpa indera pendengaran. Sementara Sakwari diciptakan bisu, namun memiliki pendengaran yang begitu hebat hingga dapat mendengar suara hingga yang paling lembut sekalipun. Sains hari ini mengelompokkan suara ke dalam tiga frekuensi; ultrasonik, audiosonik, dan infrasonik, dimana satu jenis spesies makhluk hidup hanya bisa mendengar salah satunya. Sakwari mendengar suara dalam frekuensi apapun, bahkan yang gelombangnya dapat menembus semua jenis alam. Sedangkan Siwarka, mengenali nada dan irama lewat getaran. Dari getarannya, ia ciptakan dan ia mainkan melodi yang paling indah yang siapapun bisa dengar.

Siwarka dilahirkan di satu belahan semesta, sementara Sakwari di satu belahan lainnya, jaraknya mungkin berabad-abad, atau lebih. Siwarka tidak tahu dimana Sakwari, begitu juga Sakwari tidak tahu dimana Siwarka. Tapi dengan cara yang tak dapat dijelaskan, perasaan mereka mengetahui akan keberadaan satu sama lain, bahwa ia yang bisa melengkapi keabadian ada pada sebuah tempat di belahan semesta lainnya.

Setiap kali Sakwari mendengar suara Siwarka, Sakwari merasa terpanggil dan akan menuju arah suara itu hanya untuk menemukan bahwa Siwarka tidak lagi berada disana. Begitu seterusnya Sakwari mengejar buntut suara Siwarka dan berharap Siwarka tidak berhenti memanggilnya dengan nyanyian, sedangkan Siwarka hanya bisa terus-menerus menyanyi sambil berkeliaran tanpa arah yang pasti. Ia hanya bisa berpegangan pada kepercayaan bahwa ada yang bisa mendengar nyanyiannya dan menemukan dirinya.

Setelah begitu lama mencari, sampailah mereka pada suatu masa dimana keyakinan mereka sampai pada ujungnya. Mereka masih saling merindukan dan saling percaya akan adanya sosok satu sama lain, tapi Siwarka sudah memutuskan untuk berhenti bernyanyi dan berjalan lebih jauh, sedangkan Sakwari yang sudah putus harapan karena tidak lagi bisa mendengar nyanyian Siwarka kini hanya bisa berkelana dalam ambang keputus-asaan. Apakah mungkin mereka diciptakan bersamaan tapi bukan untuk saling bertemu? Mungkinkah tujuan utama kehadiran setiap ruh adalah hanya untuk mencari – dan tak lebih dari itu?

Langkah Sakwari kini semakin sempit dan melambat, ia mulai menua dan memutuskan untuk menyerah dengan pencariannya. Tapi justru ketika ia mengikhlaskan kenyataan bahwa ia tidak akan bertemu dengan suara yang menjadi satu-satunya tujuan hidupnya itu, untuk pertama kali setelah sekian lama, ia mendengar nyanyian lirih Siwarka yang terdengar sangat dekat sehingga tubuhnya bergetar hebat. Tak akan pernah ia lupa setiap denting nyanyian Siwarka waktu itu, sebuah nyanyian tentang kerinduan, keputus-asaan, dan perasaan yang mendalam dalam sederet nada sendu. Akhirnya Siwarka dan Sakwari saling berpapasan setelah mengikhlaskan pencariannya terhadap satu sama lain yang telah berlangsung begitu lama.

Diceritakan bahwa ledakan rasa syukur dari pertemuan antara Siwarka dan Sakwari pada saat itu begitu dahsyat sehingga energinya mengisi seluruh ruang di alam raya, sedangkan perputaran rasa di antara Siwarka dan Sakwari membuahkan kehidupan.



Sometime around 2017, dibuat oleh dua buah kelapa. Eh, kepala.

Comments

Popular posts from this blog

The Museum

Germany!

Cimemeh dan Insiden Telor