Weekend Getaway

Kalau bepergian dengan budget ngepas, yang paling akan diingat kebanyakan orang pasti adalah untuk menghemat pengeluaran. Padahal, ada satu hal yang seharusnya lebih diutamakan dari itu; untuk tidak banyak berekspektasi!

Jalan-jalan terbaruku sebetulnya nggak sepenuhnya cocok disebut jalan-jalan, lebih cocok disebut kabur, karena, pada faktanya, cuma kepingin lepas dari rutinitas yang gila ini walaupun hanya sebentar.

Tanpa pikir panjang dan berhitung rapih soal berapa uang yang dibutuhkan, akhirnya berhasil juga menggeret Yolanda untuk pergi ke Pulau Seribu. Beberapa kali dia khawatir soal ini, apa uangnya cukup? Apa nanti aman disana? Apa nanti begini dan begitu? Tanpa dia tau, sebetulnya yang ditanya ngga lebih tau dari yang nanya, walaupun selalu jawab “santailah”. But, hey, when did we really know what we’re getting ourselves into anyway?

Long story short, setelah keluar kelas jam 11 pada hari Sabtu, we’re off to Pelabuhan Muara Angke dengan angkot-kereta-bajaj. Sayangnya, telat 2,5 jam dari pemberangkatan kapal terakhir. Sebetulnya semalam sebelum berangkat udah baca-baca di internet soal jam keberangkatan kapal, tapi menurut cerita temen yang udah kesana, suka ada kapal-kapal nelayan yang berangkat malem, siapa tahu bisa sewa itu? Tapi ternyata mahal banget buat nebeng kapal nelayan, dan, mengingat perjalanan yang cukup jauh dan brutal buat balik ke kosan, akhirnya gue ngajak Yolanda buat nginep di pelabuhan, yang kemudian disambut “iya“ walaupun mukanya agak bete (katanya sih, mukanya emang begitu).

Cuma butuh beberapa jam buat nunggu langit jadi gelap dan mengembalikan senyum Yolanda, karena di tengah sumpeknya pelabuhan, langit penuh bintang dan bulan cerah sekali, padahal seharian mendung dan gerimis. Cihuy. Entah kapan terakhir tiduran ngadep langit begitu

Nggak, tapi nggak seindah itu sepanjang malam.

Akhirnya diusir satpam dan kami pindah, istirahat ke mushola.

Besok paginya, seperti yang dijanjikan website di internet dan loket tiket Pelabuhan Muara Angke, kapal meluncur jam 7 pagi, akhirnya berangkat juga! Hahaha.


And here it is! Definitely one of the best morning views in my life after months of boring routines.


Karena udah harus masuk kelas lagi di hari setelahnya, kita mau nggak mau harus balik pada hari itu juga. Alhasil cuma sempet jalan-jalan naik sepeda sekitar 2,5 jam di Pulau Pari dan ngobrol-ngobrol santai di pinggir pantai walaupun muka berminyak dan baju basah keringat. But tell you what, it was worth it. Kapan lagi bisa liat pemandangan ibu-ibu nyapu teras rumah pake kacamata hitam saking teriknya siang di Pulau Pari?


To sum it all up, I wouldn’t say that I waited 14,5 hours for 2,5 hours of journey. Rather, I would say that the whole 17 hours was an awesome journey. Percayalah, nunggu 14,5 jam di pelabuhan bau ikan asin dan becekan got, pada kenyataannya, nggak seburuk kedengarannya, karena pasti bakal selalu ada kejutan-kejutan menyenangkan dari dunia sekeliling, sekecil apapun itu.



Hari itu pas balik sampe kosan, kita nggak punya banyak tenaga lagi buat ngapa-ngapain selain mandi dan makan, tapi punya cerita buat dipamerin di kelas besoknya. Hehe.

Comments

Popular posts from this blog

The Museum

Germany!

Cimemeh dan Insiden Telor